Sang Pemegang Kunci

DSC05009Anda pernah bergaul selama 300 jam dengan orang gila (psikotik) dan gelandangan? Jika belum cobalah. Hal itu akan menjadi pangalaman yang akan terus anda kenang. Peristiwa itu saya alami tahun 2006 sebagai salah satu matakuliah saat menempuh Master Interdisciplinary Islamic studies on Social Work. Pekerjaan social begini menguji kemanusiaan kita

Walaupun sekarang pekerjaan yang saya lakukan dan bidang ilmu yang ditekuni agak berbeda dengan Sosial Work, pengalaman menjadi pekerja social memberikan bekal hidup yang bermakna. Waktu itu saya ditempatkan di Panti Sosial Bina Karya di daerah Kricak Yogyakarta. Teman satu kelas yang lain ada yang ditempatkan di panti untuk PSK, panti wreda, panti asuhan dls. PSBK terdiri dari dua bagian penting, bagian gelandangan dan bagian psikotik. Bagian psikotik terpisah dengan gelandangan dan ditutup dengan pagar berduri. Selain beberapa kamar, ada satu sel yang mirip penjara yang dipakai untuk mengurung psikotik yang ngamuk.

Saya terlibat di dalam proses di panti, mulai dari rapat-rapat, pemeriksaan psikologi yang dilakukan dua minggu sekali, sampai “sekolah” untuk psikotik. Karena terganggu jiwanya, tentu saja seluruh proses itu menjadi unik dan menarik. Saya juga terlibat di proses penjaringan gelandangan agar mau menetap di Stasiun Lempuyangan dan Tugu yang menjadi kantong gelandangan. Hanya sekedar membujuk mereka untuk tinggal.

psbk2

Psikotik yang ditempatkan di PSBK bisa berasal dari beberapa tempat. Mereka yang terjaring di jalan-jalan ditempatkan dulu di sekitar jalan Sisingamangaraja untuk kemudian, setelah cukup bersih, ditempatkan di PSBK. Psikotik lain adalah “alumni” RSJ Pakem (Sekarang RSU Pakem) yang ditempatkan di PSBK sebelum dikembalikan ke keluarga, jika ada. Pendeknya, ini adalah proyek social yang menjadi tanggung jawab negara yang sering diabaikan.

Dari proses praktikum ini, banyak sekali kisah menarik. Salah satunya terkait dengan desentralisasi yang membuat banyak daerah di tahun 2001-2006 tidak membentuk Dinas Sosial atau dengan sebutan lain karena dianggap pemborosan anggaran daerah. Masalahnya muncul ketika mendadak ada puluhan orang gila yang berkeliaran di kabupaten tertentu. Karena tak ada anggaran, orgil tersebut setelah ditangkap, dinaikkan truk dan dipindahkan ke kabupaten lain. Masalah tetap muncul, tetapi paling tidak bukan masalah daerah asal. Mereka diturunkan dari truk dan dibiarkan berkeliaran di daerah tujuan yang biasanya dilakukan malam hari. Kejam memang, tapi itulah yang terjadi. Nilai kemanusiaan kita ternyata masih sangat minimal.

PSBKCerita lebih mengerikan untuk orang gila perempuan yang masih muda, dibawah 25 tahun. Karena secara fisik normal, tak jarang mereka digarap beramai-ramai oleh lelaki-lelaki kejam setelah sebelumnya dibersihkan dan dimandikan. Jika anda menemukan orang gila yang terlanjang, patut dicurigai bahwa perempuan tersebut baru saja mengalami malam yang mengerikan. Kalau sudah begini, siapa sebernarnya yang gila?

Permasalahan tak berhenti disitu. Jika orgil perempuan itu hamil, permasalahannya menjadi sangat kompleks. Bagaimana merawat kandungan jika ibunya tak mampu merawat dirinya sendiri? Pernah pihak panti mengusulkan agar seluruh orgil perempuan yang masih normal secara seksual diberi alat kontrasepsi tahan lama seperti IUD. Tetapi hal itu tak bisa diwujudkan karena “status” nya yang bukan menikah. Panti pernah juga melaporkan kasus perkosaan ke polisi, walaupun akhirnya tak bisa dilanjutkan karena keterangan korban tidak bisa diyakini kebenarannya. Pendeknya, psikotik perempuan mengalami resiko berkali-lipat dibandingkan yang lelaki. Sedih sekali mendengarnya. Mereka yang sakit mentalnya ini, tersisihkan secara sosial dan diperlakukan sangat kejam.

Berikut ini laporan saya terhadap salah satu psikotik. Semoga bisa menambah kesadaran tentang manusia dan kemanusiaan. Apakah orang gila itu manusia walaupun tidak normal? Jika iya, kenapa kita tak pernah memperlakukannya sebagai manusia?

Download laporan: Sang Pemegang Kunci PDF