Mecidi Aksa terletak di dekat kawasan bisnis dan pusat belanja Central di Den Hague (The Hague), ibukota Belanda. Masjid ini mungkin salah satu masjid yang merupakan adaptasi dari gereja. Arsitekturnya mirip dengan gereja, hanya sudah ditambah beberapa kebutuhan dasar untuk sholat Jumat seperti tempat untuk berwudu. Masjid ini merupakan salah satu masjid Turki dari banyak masjid Turki lain di Eropa. Namun walaupun merupakan masjid Turki, jemaahnya dari semua negara.
Saya tidak ingat bahasa apa yang digunakan waktu khutbah Jumat. Kalau tidak salah, salah satu diantara bahasa Belanda, Bahasa Turki dan Bahasa Arab. Hanya saja, saya tidak mengerti satupun dari ketiga bahasa tersebut hehehehe. Karena tidak mengerti, saya sibuk mengamati arsitektur dan desain-desain di dalam masjid yang didominasi warna -warna cerah.
Waktu saya sholat di masjid ini adalah musim gugur mendekati musim dingin di Belanda, sekitar bulan Agustus-September 2007. Tetapi musim gugur di Belanda saya rasakan jauh lebih dingin daripada musim dingin di Australia. Matahari hanya terbit sebentar dan kemudian dingin dan gelap. Jika bertambah hujan, maka lengkaplah kesenduan hari itu. Saya masih jelas merekam kesenduan musim gugur dan musim dingin di Belanda.
Hal berbeda dengan musim dingin di Australia. Walaupun suhu dingin, tetapi sebentar kemudian matahari akan muncul dengan terang. Suasana dingin di Australia hanya saat malam dan dini hari. Jika siang, tidak begitu terasa karena matahari cukup terang. Apalagi jika tinggal di tepi pantai misalnya di Sydney. Hampir tak terasa.
Masjid ini bisa ditempuh dari Institut of Social Studies yang terletak di depan tempat tinggal ratu Belanda, kira-kira 20 menit. Melewati jalanan yang disusun dari batu-batu persegi, membuat suasana Belanda sulit untuk dilupakan. Di dalam masjid, Khotib berdiri di tangga di masjid dua lantai ini. Beberapa jamaah mengerumun di belakang tempat heater berada untuk mendapatkan kehangatan. Beberapa Jemaah orang tua juga duduk di kursi-kursi plastic yang disediakan takmir masjid. Ini pertama kali saya melihat orang tua mendengarkan khutbah sambil duduk di kursi. Saya kira bisa jadi diterapkan di Indonesia sehingga memudahkan Jemaah lanjut usia.