Kedaulatan Rakyat, Analisis, 20 Agustus 2014
Hubungan Jokowi dengan UGM tentu sangat erat. Jokowi adalah alumni Fakultas Kehutanan UGM. Bahkan nyatanya, Jokowi adalah lulusan sarjana universitas negeri pertama di Indonesia yang menjadi presiden.
Pertama-tama, kita harus mendefinisikan dulu tentang apa yang dimaksud sebagai alumni. Dalam pengalaman penulis, alumni sebuah universitas dimaknai sebagai seseorang yang lulus dari universitas tersebut. Kartu Keluarga Alumni Gadjah Mada atau Kagama misalnya, baru didapatkan seseorang ketika yang bersangkutan menyelesaikan pendidikannya, apakah pendidikan profesi, D3, S1, S2 atau S3. Pendeknya, seseorang yang kuliah di UGM kemudian tidak menyelesaikan pendidikannya karena sesuatu hal, tidak dianggap sebagai alumni. Mari kita lihat profil masing-masing presiden yang pernah memerintah di Indonesia.
Presiden Pertama Sukarno disebut-sebut sebagai alumni ITB. Nyatanya, Ir. Sukarno lulus dari Technische Hogeschool (TH) pada tahun 1926. Dia adalah salah satu insiyur pertama yang diluluskan TH. TH kemudian mengalami berbagai transformasi, termasuk menjadi bagian dari Universitas Indonesia sebelum diresmikan oleh Presiden Sukarno menjadi ITB pada 2 Maret 1959. Artinya Ir. Sukarno bukan alumni ITB tetapi alumni TH yang menjadi cikal bakal ITB. TH dan ITB tentu sangat berbeda.
Presiden Kedua Suharto mungkin satu-satunya presiden yang tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi sipil. Seusai bekerja di bank setelah selesai sekolah menengah, Suharto meniti karier di militer sampai mendapatkan pangkat Jenderal. Suharto, tidak seperti generasi revolusi yang berinteraksi dengan pendidikan Belanda. Suharto baru belajar Bahasa Belanda ketika masuk KNIL tahun 1940.
Presiden Ketiga Habibie, tidak dapat disebut sebagai alumni ITB walaupun sempat beberapa bulan kuliah di ITB. Habibie menyelesaikan Diplom-nya di Lehrstuhl und Institut für Leichtbau Aachen Jerman dan terus meniti karier akademiknya di universitas yang sama sampai mendapatkan Doktor. Nasib presiden jenius Habibie mirip dengan Wapres Boediono. Boediono memulai pendidikan di FE UGM sebelum mendapatkan beasiswa ke University of Western Australia dimana dia menamatkan kesarjanaannya. Jadi walaupun menjadi dosen UGM, Boediono sepertinya tidak pernah mendapatkan kartu Kagama karena UGM tidak pernah meluluskannya.
Presiden Keempat Gus Dur mungkin presiden unik yang memiliki pendidikan yang variatif dan unik. Setelah menyelesaikan SD di Matraman, Gus Dur tidak naik kelas ketika SMP yang menyebabkan orang tuanya mengirimkannya bersekolah ke Yogyakarta. Setelah lulus SMA tahun 1957, Gus Dur menyelesaikan pendidikan pesantren di Magelang hanya dalam dua tahun dari waktu normal empat tahun. Dia kemudian berencana melanjutkan pendidikannya ke Al Azhar di Kairo Mesir namun kecewa karena tak mampu menunjukkan sertifikasi Bahasa Arab. Gus Dur melanjutkan pendidikan tinggi di Higher Institute for Islamic and Arabic Studies tetapi kecewa karena sudah mempelajari semua materi kuliah yang disediakan. Gus Dur akhirnya lulus dari Universitas Bagdad tahun 1970 dan sempat menuntut ilmu di Perancis, Jerman dan Canada.
Presiden Kelima Megawati tidak menyelesaikan pendidikan pertaniannya di Universitas Padjajaran karena ingin bersama ayahnya yang jatuh dari kekuasaan tahun 1967. Setahun setelah Sukarno wafat tahun 1969, Megawati kuliah psikologi di Universitas Indonesia tetapi drop out dua tahun kemudian. Megawati bukan alumni Unpad atau UI.
Presiden Keenam SBY menyelesaikan pendidikan akademinya di Akademi Militer Magelang pada tahun 1973. Sebelumnya, setelah lulus SMA, SBY sempat kuliah setahun di ITS Surabaya karena telat mendaftar ke Akmil. SBY menyelesaikan pendidikan Masternya di Webster University Amerika tahun 1991 dan Doktor dalam bidang ekonomi pertanian dari IPB tahun 2004. SBY adalah presiden pertama lulusan Akmil.
Presiden Ketujuh Jokowi menyelesaikan pendikan S1 nya dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Walaupun prestasi akademiknya tidak terlalu istimewa, Jokowi menunjukkan kerja keras dan mampu sukses di bisnis mebel yang mengantarkannya ke dunia politik.
Menariknya, dari ketujuh presiden tersebut, Jokowi adalah satu-satunya presiden yang menamatkan pendidikan tinggi pertamanya di universitas Indonesia. Sejarah Jokowi berbeda dengan SBY yang menyelesaikan doktor di IPB dua hari sebelum pengumuman hasil Pilpres. Ketika menyelesaikan doktornya, SBY sudah menjadi menteri dan tokoh nasional. Sementara ketika Jokowi diwisuda, tak ada satupun temannya yang menduga dia akan menjadi presiden.
Kita patut berbangga bahwa untuk pertama kalinya, presiden kita adalah murni didikan universitas dalam negeri.