Seberapa jauhkan anda “tersesat” di perjalanan dan akhirnya hanya memutuskan untuk makan siang? Jika jawabannya “masih” dalam kisaran puluhan kilometer, anda masih beruntung. Perjalanan Sabtu (14/3/2009), lima bulan lalu sungguh menakjubkan. Saya makan siang di KFC setelah menempuh perjalanan 218 km dari Queanbeyan menuju kota kecil Shellharbour di pesisir timur Australia. Melenceng 110 km dari tujuan utama di Goulburn, kota antara Canberra dan Sydney. Bagaimana itu bisa terjadi?
Tidak cukup hanya menaiki mobil dengan kondisi bagus dan tubuh dengan kondisi fit, berkendara di Australia praktis membutuhkan perangkat penting lainnya: google maps dan GPS. Google Maps diperlukan untuk menganalisa jarak, waktu tempuh sesuai dengan rute yang dipilih. GPS memandu perjalanan dengan bantuan satelit, termasuk estimasi waktu kedatangan. Di Australia, tidak ada pedagang atau orang-orang di pinggir jalan yang bisa ditanyai dan sulit berhenti di pinggir jalan. Menembus kepadatan Sydney dan Melbourne hampir mustahil dilakukan tanpa GPS dan (minimal) peta.
Masalahnya, database di google maps terbatas, dan disinilah awal mula bencana tersebut. Rencananya, istri saya yang menjadi anggota Management Committee di Queanbeyan City Council ingin ikut menghadiri acara multicultural di Belmore Park di Goulburn. Tapi hanya mengetikkan Belmore Park, sehingga entry pertama yang muncul adalah Belmore Park di Shellharbour. Sedikit sentuh-sentuh di GPS, meluncurlah kami ke Shellharbour. Nah, tiga setengah jam kemudian, barulah kami sadar bahwa kami menyetir terlalu jauh. Tak apalah, kami akhirnya menikmati kota kecil di pinggir laut ini setelah telebih dahulu makan siang di KFC. Lagian, perjalanannya juga mengasikkan. Daripada dibawa stress, mendingan dibawa ketawa iya gak?
Silly thing isn’t it?
Ha ha ha… ikut ketawa, Yu.
Google map setahuku (dari seorang teman di Air Putih) hanya menampilkan data 2 tahun atau bahkan beberapa tahun sebelumnya. Jika ada banyak perubahan kondisi tata ruang di sana, sangat mungkin google map tidak membantu sepenuhnya. Juga faktor manusia yang membaca datanya.
Bagaimana pun, ini merupakan pengalaman menarik, bukan?
Bayu Dardias
Kayaknya masalahnya jelas di manusianya deh man….hehehehe
kok gitu doang mas ;p
Bayu Dardias
la banyak reading kok mau nulis banyak-banyak, ini aja nyelip di draft trus aku posting, biar isinya gak artikel koran semua hehehhe
Itu belum apa2 bro… dulu waktu di Lap Banteng, kalo mau makan siang kita sering kali makan di warung Bandung, warung Jogja, warung Surabaya, warung Padang … kalo gak percaya tanya temen2 depkeu he..he..he
Bayu Dardias
Wah malah antar pulau….
Waduuuh … Br tau klo ternyata junkfood mcm kfc susah ditemukan di oz, palagi klo mcm RM padang, warteg,etc..mgkn bs jd bkn ratusan tp bahkan ribuan kilo yo mas.. *garuk2 kepala*
la dalah…. adoh-adoh nang oz mung arep golek KFC…. padahal luwih enak ayam bakar primarasa, wong solo, Bu Tatik, tentara pelajar, cibodas…..
Bayu Dardias
@ Ratih&Hesty: Ostrali, kota kecil, terpencil gitu loh? What do you expect?
Emang orang Depkeu suka begitu…*peace m Rahman*
Queanbeyan karo mbayanan cedak ora yuk?(hanya untuk mempermudah membayangkannya)
Bayu Dardias
Jarake kiro-kiro Windusari-Ngembik Bon wkakakakakak