Terduduk di kamar hotel Santika Sepinggan Balikpapan, mau tak mau, akhirnya saya tergerak untuk menulis sesuatu tentang Gayus seperti yang tertayang di Metro TV. Ada hasrat untuk menahan diri menulis tentang Gayus terutama ketika digempur dengan agenda yang menumpuk.
Indonesia memang sangat unik. Kejahatan yang terjadi sering sekali berada di luar nalar kita. Artinya, seluruh bayangan saya tentang kejahatan, kejahatan yang terjadi lebih buruk daripada bayangan terburuk itu. Ada banyak sekali contohnya, misalnya ketika Sumanto nekat memakan bangkai perempuan tua mbok Minah, tetangganya yang meninggal beberapa hari sebelumnya karena penyakit dalam. Saking anehnya, tidak ada pasal yang bisa dikenakan untuk pemakan bangkai. Sumanto dihukum karena dianggap mencuri mayat. Proses mutilasi dan pembuatan Sop Mbok Minah, sehingga hanya menyisakan sedikit daging di bagian kemaluan, tak terkena pasal karena memang kejahatan model ini tidak pernah dibayangkan akan terjadi.
Lainnya, soal Ayin yang akan dibebaskan bersyarat minggu depan. Ayin penyogok aparat kejaksaan memiliki penjara yang lebih nyaman daripada hotel berbintang, lengkap dengan karaoke, AC, Kulkas, tempat tidur empuk, ruang rapat perusahaan, permainan anak-anak, perawatan kulit dan peralatan SPA. Untuk kemewahan inipun, Ayin tak kena pasal apapun.Karena sekali lagi, kejahatan model begini tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Contoh yang lebih kontemporer misalnya Nurdin Halid, memerintah PSSI dan menentukan wasit yang bisa memberi finalti dari dari penjara untuk kasus korupsi. Nugroho Besoes, menjadi Sekjen PSSI sejauh ingatan saya tentang sepakbola. Belum lagi kasus narapidana yang sengaja ditukar dengan orang lain dengan bayaran 10 juta. Saya kira ini juga tidak ada pasal yang bisa menjeratnya secara spesifik, karena kejahatan ini tidak terbayangkan sebelumnya.
Gayus tentu saja mendapatkan peringkat tertinggi saat ini. Hanya sekian tahun bekerja, dirinya sudah mampu mengumpulkan ratusan milyar rupiah, belum termasuk yang tidak ketahuan. Ketika ditahan di Rutan Brimob selama Juli-November 2010, dirinya pernah keluar tahanan sebanyak 68 kali, dan terungkap ketika ada wartawan foto di Bali yang menangkap gambarnya memakai wig ala kadarnya. Setelah isu Bali mereda, muncul lagi bukti Gayus pergi ke Singapura, Malaysia dan Makau. Gayus menggunakan paspor asli dengan foto berkacamata.
Seperti saya, anda boleh membayangkan sebuah kejahatan dengan sejahat-jahatnya, dan sayangnya kenyataannya kejahatan yang terjadi tetap lebih jahat dari bayangan tersebut. Agak sulit membayangkan kondisi Indonesia saat ini. Apa kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi ini?
Timur Pradopo pernah berjanji akan mengungkap kasus Gayus ke Bali dalam sepuluh hari. Selain ingkar terhadap janjinya, tugasnya sekarang menjadi semakin berat yang mungkin menjadi sebuah mission impossible. Membongkar bagaimana Polisi bisa disuap ibarat menghancurkan korps polisi yang harus dipertahankannya. Siapa yang berani menanggung jika hasil dari seluruh pembongkaran itu berakhir dengan pembubaran Polisi, karena memangĀ hampir semuanya bisa dibayar?
Padahal kejahatan yang dilakukan tidak rapi dan terkesan asal-asalan. Lihatlah foto paspor Sony Laksono milik Gayus. Foto itu berkacamata, padahal foto paspor di seluruh dunia tidak ada yang berkacamata. Paspor begini seharusnya mudah dideteksi.
Pertanyaan pentingya adalah, apakah kasus ini akan terungkap, tidak perlu tahun ini tetapi dalam masa pemerintahan SBY sampai 2014? Menurut saya kok tidak. Karena kalau iya, Indonesia bisa bubar.