Australia’s GOD

flag_australia_me.jpgDalam tulisan sebelumnya, telah dikupas tentang munculnya ‘tuhan-tuhan‘ baru dalam kehidupan manusia modern. Definisi ‘tuhan’ disini diartikan sebagai sesuatu yang diikuti, diyakini dan semua anjurannya ‘dilaksanakan’ dengan konsekuen dan tidak terbantahkan. ‘Tuhan’ non permanen ini bisa muncul dalam wajah yang begitu rupa, mengikuti arus kehidupan modern yang sulit ditemukan padanannya, bahkan pada waktu yang tidak terlalu lama. Siapakah “tuhan’ orang Australia? Tulisan ini diilhami dari munculnya konflik pribadi dengan ‘tuhan’ Australian tersebut yang begitu terasa bahkan dalam bulan-bulan awal tinggal di sini.

 

Tuhan itu adalah komputer dengan segenap softwarenya, yang menjadi ‘matrix’ -seperti dalam sekuel film MATRIX’- dalam kehidupan di Australia. Seluruh perintah sistem komputer dipatuhi dengan menghilangkan nurani bahkan akal sehat. Seluruh fase kehidupan di Australia diproses dalam sistem biner ‘0’ dan ‘1’ yang menyandera siapapun. Pada satu sisi, hal ini bisa membuat kehidupan menjadi lebih rapi, efficient dan tepat. Tapi ketika terjadi konflik, akal sehat dihilangkan. Pengalaman saya dengan DODO Australia membuktikan hal itu.

Masalah saya dengan DODO dimulai ketika saya mengajukan aplikasi untuk home phone dan internet di rumah. Setelah mencoba sekian kali applikasi online dan gagal, saya menghubungi DODO lewat telepon karena tidak menemukan kantor DODO di Canberra. Aplikasi telepon ini lumrah dilakukan karena di Australia, setiap orang dapat berganti provider sesuka hati dengan line telepon yang sama. Hal yang sama juga diaplikasikan di HP (setiap orang juga bisa berganti provider mobile phone tanpa berganti nomor), listrik, air, gas dls. Bagi bule-bule yang hanya memiliki nama yang tidak kreatif dengan nama yang pendek-pendek, tidak bermakna dan hanya terdiri dari dua kata, nama Indonesia saya tentu tidak gampang di telinga, dan disinilah pemicunya.

Dalam aplikasi pertama per telepon, semuanya tampak baik-baik saja, operator berbicara pelan, saya mengeja nama pelan, nomor dan pasword telah diberikan, hanya tinggal menunggu ‘kring’ saja. Karena dijanjikan akan ‘kring’ dalam 5 hari kerja, saya menelpon lagi di hari kerja ke 10 karena karena belum menyala. Pada 45 menit telepon kedua ini saya hanya bermaksud menanyakan kenapa belum menyala. Walaupun saya memberikan alamat, nomor telp mobile, rekening, date of birth (DOB) yang sama tidak ditemukan data saya dalam database ‘tuhan’ mereka. Costumer Service (CS) kedua ini kemudian me register saya kembali. Belakangan baru diketahui bahwa CS pertama was spelled my name incorrectly, seharusnya BAYU DARDIAS KURNIADI, ditulis BAYU DARDEAS KURMIAPI. CS kedua berjanji akan membetulkannnya. Tapi sekali lagi, karena kekuasaan komputer (baca:tuhan), dia tidak bisa meng-cancel-applikasi kedua yang terlanjur dibuat sebelum masalah spelling ditemukan. Semuanya baik-baik saja, saya bisa memakai telepon dengan nomer yang diberikan dan dial up internet gratis yang menjadi fasilitas semua pelanggan home phone DODO.

Masalah kemudian muncul ketika menerima surat Term and Condition seminggu setelahnya. Dua surat yang isinya sama persis datang dengan dua nama, BAYU KURNIADI dan BAYU KURMIAPI, untuk satu line telepon, satu alamat, satu DOB, satu rekening. Akal sehat menolak semua ini, bagaimana mungkin satu line telepon dengan satu alamat dan satu DOB, satu rekening dicarge dua kali? Tapi sekali lagi, manusia sebagai ‘hamba tuhan’ yang berupa sistem komputer ini, harus menurut ketika diperintahkan untuk mengeprint, mengepak dan mengirimkan dua surat tersebut. Saya kontak DODO sedetik kemudian dan hasilnya CS ketiga bilang “ignore the wrong one.” Beberapa hari kemudian CS keempat menelpon saya menanyakan tentang service yang saya dapatkan, saya bilang dan bercerita tentang masalah saya dan dia bilang “I will fixed your name.”

Seminggu kemudian, saya (dengan nama BAYU KURMIAPI) menerima lagi surat dari DODO menyatakan saya harus membayar $199 untuk Early Termination Fee karena memutus kontrak sebelum waktunya. Saya telp lagi dan bilang “how can you charge the same telephone line, in the same address twice?” CS kelima, setelah kontak supervisor, menganulir surat tersebut. Hanya tiga surat dalam dua kesempatan itulah yang pernah saya terima.

Dua hari lalu, saya mendapat rincian rekening dari bank dan tertera bahwa rekening ter direct debit dua kali sejumlah $93+$93 untuk pemasangan DODO homephone dengan bonus free dial up dalam dua tanggal berbeda. Malam ini, saya minta mereka mengembalikan $93 kedua saya. Anehnya, nomor telepon yang dipakai setiap hari dan internet yang saya pakai untuk menulis posting ini tidak ada dalam database mereka. Jadi saya bukan pelanggan home phone DODO. Data saya, bahkan setelah dicek dengan dua ejaan nama, tidak terdaftar di ‘tuhan’ Australia. Saya keluar dari matrix ‘tuhan’. Nah, kok bisa ?

Penjelasannya bisa macam-macam, salah satu hal yang paling mungkin adalah tidak ada sinkronisasi antara administratif dan teknis. Tapi saya lebih senang memahaminya, atas hasil diskusi dengan Mas Gafar, sebagai proses dimana kehidupan orang Australia terjebak dalam MATRIX dengan Komputer sebagai ‘Tuhannya’. Australian ‘meng HAMBA’ kepada ‘tuhan’ baru ini dan tunduk atas perintahnya. Setiap orang yang keluar dari sistem ini tidak terdeteksi dalam sistem dan entah berada di ‘diagram ven’ yang lain.

Saya sedang menunggu jalan keluar dari masalah ini.