SMS Santet

santetthumbnail.jpgBaru saja saya menerima email di milis mahasiswa Australia di Canberra yang tinggal di Toadhall. Maklum, sebagai alumni Toadhall, saya berhak menerima milis. Email ini agak menghawatirkan karena memberi info tentang kegemparan SMS Santet yang bisa membunuh, waduhh. Saya browsing sebentar dan beberapa versi SMS seperti berikut:

 

 

“Informasi, kalau ada nomor HP yang 0866 atau 0666 masuk berwarna merah, mohon jangan diangkat, karena ada virus kematian. Soalnya di Jakarta dan di Sumatera sudah ada yang meninggal gara-gara masalah ini, orang bilang lagi uji ilmu hitam.”

”Kalo ada telepon yang NOMORNYA BERWARNA MERAH jangan diangkat, karena bisa menelan jiwa. Hari ini sudah disiarkan di berita, terjadi di Jakarta dan Duri dan sudah terbukti. Sekarang masih diusut oleh pihak KEPOLISIAN. Dugaan sementara adalah kasus PEMBUNUHAN JARAK JAUH MELALUI TELEPON GENGGAM (HP) oleh dukun ILMU HITAM/si penelepon adalah ROH GENTAYANGAN yang mencari MANGSA. Harap dimengerti dan kirim ke teman atau saudara semua. Harap saling membantu sesama umat manusia.”

”Tolong diperhatikan serius. Jika menerima telp masuk dari HP dengan kepala no 0866 atau 066 dengan warna tulisannya merah, mohon dengan sangat jangan diterima. Sama sekali jangan memencet tombol apa pun karena telah memakan korban 1 orang di Medan dan 3 orang di Pekanbaru yang hangus karena HP-nya meledak. Mohon beritahu teman-teman lain”.

 

Semakin lama browsing, semakin aneh bunyinya dan semakin jauh dari akal sehat. Tapi bahasan tentang santet menarik untuk ditulis, karena peristiwa semacam ini selalu berulang ketika situasi politik dan ekonomi Indonesia sedang mengalami fase negatif dan berkaitan dengan relasi vertikal kita dengan pencipta.

 

Pertama-tama, dalam obrolan di angkringan Yogya bertahun lalu, teman saya Barieq Maufuri pernah bercerita tentang santet dalam bahasa fisika. Inti dari santet adalah memindahkan unsur tertentu di sebuah tempat ke tempat lainnya. Seperti dalam pelajaran Fisika SMP dulu, setiap benda terdiri dari unsur terkecil yang disebut atom dan ini dipercaya selama bertahun-tahun. Orang kemudian menemukan sub-atomic Partikel sebagai unsur terkecil yang terdiri dari elementary particle dan composite particle. Nah, kata teman saya, santet pada prinsipnya mengurai sebuah benda menjadi partikel sebagai unsur terkecil, dan mentransportnya ke tempat tertentu dan mengembalikan lagi dalam bentuk semula , tentu saja dengan kekuatan supranatural. Jadi secara fisika, sangat mungkin menjelaskan mengapa paku atau jarum bisa ada di usus. Pendeknya, seperti alat transport Star Trek di serial TV, bedanya yang dituju bukan pesawat luar angkasa lain, tetapi sasaran organ tubuh.

 

Nah, menurut analisa mas Barieq, dunia ini berubah sesuai putaran waktu. Jaman dahulu, keahlian ini hanya dimiliki oleh segelintir orang dengan proses yang berat luar biasa. Artinya, dahulu kemampuan supranatural bersifat eksklusif dan melekat pada person. Setiap orang yang ingin memilikinya harus melampaui proses yang mirip dan melelahkan, sehingga banyak orang gagal mencapainya. Itu sebabnya, hanya sedikit orang ‘sakti’.

Saat ini, masih seperti pendapat mas Barieq, keadaannya tidak demikian. Kemampuan supranatural tersebut lebih bersifat massal dan tidak lagi eksklusif. Kemampuan supranatural bisa dibeli asalkan punya uang. Sebagai ilustrasi, kemampuan melakukan ‘telepati’ atau ‘gendam’ yaitu memanggil seseorang jarak jauh sehingga yang dituju merasa sedang ‘ditunggu’ bisa diganti dengan telepon, email dan sms. Kemampuan ‘memendekkan bumi’ seperti yang konon dimiliki Sunan Kalijaga dengan menggaris tanah, melangkah melewati garis dan berada di bagian bumi yang lain telah digantikan dengan pesawat. Jika dulu setiap akan ‘memendekkan bumi’ dilakukan dengan proses berdoa tertentu, sekarang ritual ini tergantikan dengan ngebut di toll bandara, check in, x-ray dan boarding. Tidak ada yang salah dengan kemampuan-kemampuan itu, asalkan berasal dari the Ultimate Source, Allah, Allah berhak memberikan kemampuan khusus kepada siapa saja. Kemampuan itu tidak ada bedanya dengan kemampuan Bill Gates mengeruk uang dunia, kemampuan Soekarno menyedot simpati publik ketika orasi, dan kemampuan yang dimiliki ahli Fisika semacam Newton dan Einstein (temen saya yang lain, juga kuliah di Fisika, sering mengomel Newton dan Einstein karena menemukan banyak hal yang membuat hidupnya makin susah, terutama sesaat menjelang ujian 🙂 ).

Bisakah SMS dipakai sebagai media santet? Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Semuanya mungkin yang meresahkan justru dampak SMS teror tersebut buat orang banyak. SMS Santet ini dapat dimaknai dalam dua hal: pertama begitu rendahnya kualitas keimanan kita dan kedua, pelajaran politik yang bisa diambil.

Pertama, keresahan banyak orang menandakan rendahnya tingkat kepercayaan kepada Allah. Bayangkan, dalam Al Fatekah yang setidaknya dibaca 17 kali sehari sudah jelas terbaca

‘ iyya kana’ budu wa iyya kanas ta’in’

‘hanya kepada Mu lah aku menyembah dan hanya kepada Mu lah aku mohon pertolongan’

Ilustrasi ayat itu ada di cerita berikut ini. Di kampung, sebut saja , ada cerita tentang seorang preman lokal. Setiap warung kecil yang ada di kampung itu harus membayar ‘uang keamanan’ yang jumlahnya tidak terlalu besar, atau bisa berwujud ngutang dan ngambil sedikit barang jualan di warung. Dengan upeti ini, dijamin barangnya tidak di ’tilep’ atau warungnya yang ditutup dengan papan kayu putih tidak dikencingi di malam hari. Preman memberikan semacam imbal balik terhadap upeti yang diterimanya.

Apakah Allah yang disembah dengan segenap keiklasan dan ketulusan akan membiarkan hambanya berada dalam posisi teraniaya dan begitu mudahnya terkena santet? Tentu saja tidak. Perlindungan dari sang Maha Cinta tentu saja jauh lebih dasyat. Guratan cinta ini yang mengilhami JK Rowling dengan ide awal bagaimana guratan kasih Lili Potter yang memberikan cintanya pada Harry Potter sehingga ‘he who cannot be named’ gagal menyentuh Harry Potter dan justru kehilangan seluruh kekuatannya. Kegelisahan akan santet menunjukkan ada yang salah dalam cara beribadah kita. Ada ketakutan lain yang menghantui kita selain ketakutan mendapatkan murka Allah. Sehingga SMS Santet tidak hanya bisa dilawan dengan kekuatan logika, tapi juga dengan kekuatan kalbu.

Kedua, selalu ada fenomena pangalihan isu menjelang kebijakan publik penting, biasanya menjelang Pemilu dan kali ini menjelang kenaikan BBM (atau pemotongan subsidi BBM). Kira-kira akan dibutuhkan lebih dari 160 trilyun rupiah tahun ini untuk subsidi BBM dengan harga minyak yang gila-gilaan. Tidak ada langkah lain yang lebih ringkas untuk menyelamatkan APBN kecuali memotong subsidy. Subsidy dalam prinsip ekonomi kita tahu, tidak akan mendukung efficiency.

Saya tidak pernah menghitung berapa banyak isu yang keluar sebelum peristiwa politik penting atau ketika ekonomi masyarakat decrease, tapi seingat saya selalu berhasil. Dulu ada isu Kolor Ijo, Isu Pocong di Yogyakarta dll, isu ini hilang begitu saja, seperti tidak pernah ada orang tahu bagaimana isu berawal. Tapi salah satu isu yang paling mencemaskan buat saya adalah isu Dukun Santet di Jawa Timur yang digunakan untuk membunuh kiai-kiai di Pondok-Pondok pesantren ketika Reformasi masih belia dan jalan demokrasi belum sepenuhnya kelihatan. Isu Dukun Santet adalah isu paling mematikan karena puluhan kiai menjadi korban. Konon mereka dibunuh oleh ‘ninja’ yang sakti yang bisa datang dengan tiba-tiba, meloncat atap dan menghilang. Tapi buat saya, kemampuan ini lebih mirip dengan kemampuan intelejen.

Dalam Policy Making, apabila kita mengandaikan proses ini rasional dan mengikuti circle, terdapat ‘attentive public’ yang akan terus menerus mengawasi proses pembuatan kebijakan agar semua produk yang dibuat sesuai dengan keinginan publik. Proses ini bisa diceridai dengan pengalihan isu, yang untuk masyarakat Indonesia yang gemar ngrumpi, terbukti efektif.

Semoga kita menjadi masyarakat yang selalu ‘terjaga’ hati dan akalnya….