Industri Pertama Australia

trepang-largeSetelah melewati jam-jam yang melelahkan dan menguras energi (walaupun menyenangkan) di kelas Wendy Sahanaya, beliau akhirnya mengijinkan muridnya untuk menonton presentasi sejarawan Australia. Pak sejarawan ini adalah Prof. David Reeve, ketua Departement of Chinese and Indonesia di University of New South Wales. Kebetulan, beliaunya ini juga sangat fasih berbahasa Indonesia dan Jawa, karena telah lebih dari sepuluh tahun mengajar di UI, UGM dan UMM.

Presentasinya tentang Industri pertama yang ada di Australia. Tidak seperti dugaan banyak orang bahwa goldseeker datang ke Australia untuk membangun industi emas, sekitar 200 tahun sebelum Captain Cook mendarat di Australia, nelayan Indonesia dari Bugis dan Makasar telah lebih dulu Continue reading “Industri Pertama Australia”

Pertama di Jakarta, Pertama di IALF

Jakarta selalu menakutkan banyak orang, terutama bagi banyak pendatang seperti saya yang ketiban sampur harus kursus bahasa dan persiapan kultur di IALF. Pesan Bang Napi yang beberapa kali terlihat di RCTI di kala break makan siang mau tak mau membuat semua orang waspada terhadap situasi Jakarta. Walaupun saya sudah terlampau sering pergi ke Jakarta untuk berbagai urusan, biasanya hanya beberapa hari, dan itupun tidak jauh juh dari hotel, taxi dan ruang rapat. Inilah pertama kalinya Jakarta memaksa saya untuk tinggal agak lama sampai kos segala.

 

Banyak orang bilang jika ingin menjadi orang penting di negeri ini, cepat-cepatlah datang ke Jakarta. Jakarta menjadi tempat bagi penyelesaian urusan yang sebenarnya ”sepele” untuk daerah, tapi demi menjaga citra pejabat daerah, harus tetap datang ke Jakarta. Continue reading “Pertama di Jakarta, Pertama di IALF”

Nasi Goreng Pak Pele

Salah satu menu klasik Indonesia yang bisa ditemui di hampir seluruh muka bumi adalah nasi goreng. Tak ada yang istimewa dari nasi hampir basi yang digoreng dengan bumbu standar yang tergeletak di dapur. Hanya saja, nasi goreng menjadi menu yang terkenal. Ketika ada acara lunch di Mc Tavish Hall McGill University awal Agustus 2005, nasi goreng disejajarkan dengan beberapa menu Asia lainnya seperti mie goreng dan fu yung hai. Tentu saja untuk acara makan siang di tengah summer, nasi goreng tentu bukan menu yang tepat. Apa boleh buat, dengan gaya masakan Cina yang tidak sepenuhnya enak dan halal, kami makan juga nasi goreng tersebut, berikut rasa syukur. Fenomena nasi goreng menjadi luar biasa karena Moira sampai susah payah cari nasi goreng di China Town, siang-siang lagi. Fenomena diatas tentu lebih sering ditemukan di Australia, dengan banyaknya lidah Indonesia yang selalu merindukan nasi goreng.

 

Nasi goreng sebenarnya adalah menu keterpakasaan. Continue reading “Nasi Goreng Pak Pele”

Strategi Mengemis

Di hampir seluruh jalanan di Yogyakarta, kita selalu menemukan sejumlah orang mengais rejeki dengan mengemis. Perempatan-perempatan besar dan ramai tak pernah sepi dari kehadiran pengemis. Sasaran mereka pengendara bermobil, entah mobil pinjaman, kreditan, atau mobil majikan, pengemis tak peduli. Pengendara mobil selalu diasumsikan memiliki lebih banyak uang daripada pengendara motor. Walaupun tak jarang pengemis yang meminta ke pengendara motor. Apa boleh buat, rotan tak pernah memberi, siapa tahu dari akar akan jadi rejeki.

 

Pengemis di Yogyakarta, seperti juga profesi lainnya, dituntut untuk berkembang dan kreatif. Mengemispun perlu strategi untuk menarik iba orang lain dan menyedekahkan uangnya, dan dengan begitu, makan malampun tak perlu dipikir terlalu serius lagi. Tulisan ini akan sedikit mengurai tentang strategi yang dipakai pengemis untuk mendapatkan rejeki lebih, yang ternyata berkembang dari waktu ke waktu. Continue reading “Strategi Mengemis”

Tahun Baru 2007

Hampir semua orang merayakan tahun baru 2007. Tahun baru kali ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, dinikmati dengan berbagai cara. Orang tua melewatinya dengan menonton acara TV non-stop yang menyajikan acara yang buat mereka terlalu membosankan dan terlalu gaul. Setelah sedikit tengah malam, menjalankan aktifitas tidurnya. Muda-mudi adalah komunitas yang paling bergembira. Dimulai dari ngobrol, jalan-jalan dengan pacar, sampai dengan serius mempersiapkan acara khusus untuk tahun baru. Wira-wiri gak jelas menikmati dan mengikuti arus keramaian kota.
Ada sebagian kecil yang sadar dan percaya, tidak ada bedanya hari esok yang merubah kalender atau hari-hari sebelumnya dan hari yang akan datang. Toh penentuan tahun Masehi ini telah melewati sekian revisi, tidak seperti tahun Komariah yang relatif stabil. Jadi, tahun baru hanya sekedar identifikasi manusia, yang bisa jadi salah.
Dulu, masyarakat jawa sangat sakral memperingati Malam Satu Suro dengan ritual-ritual khusus yang intinya berdoa kepada Tuhan akan berkah di tahun mendatang. Sekarang, ritual ini sangat jarang ditemui.

 

Masyarakat kita tidak pernah sadar (seperti tulisan Ricklef) bahwa orang Jawa adalah satu-satunya komunitas di dunia yang memiliki perhitungan kalender paling kompleks dibanding semua komunitas di seluruh dunia. Kalender Jawa adalah penggabungan antara Perhitungan Komariah dengan Hindu-Budha-Shaka. Menariknya, kalender jawa yang berbasis kepada Kalender Bulan tidak dimulai dari Hijrah Nabi, tetapi meneruskan kalender Hindu-Budha-Shaka. Continue reading “Tahun Baru 2007”