Anas, SBY dan 2014

Kedaulatan Rakyat-analisis-250510

Seandainya SBY masih bisa berlaga di Pemilu 2014, konggres Partai Demokrat tentu tidak semenarik saat ini. Posisi ketua PD menjadi strategis menjadi salah satu prasyarat menjadi RI 1. Besarkah peluang Anas Urbaningrum memimpin Indonesia 2014-2019 dan apakah sajakah tantangannya?

Banyak analis politik menyebutkan bahwa PD adalah partai yang menggelembung seperti balon dan rawan kempes (Sigit Pamungkas 2010). Semua pihak, bahkan internal PD sendiri, sadar dan meyakini bahwa satu-satunya “pompa” balon PD itu adalah figur SBY. Pemilih, terutama yang masuk dalam kategori swing voters, pemilih yang mudah berganti dukungan, terpikat oleh gaya santun SBY dan juga kucuran dana luar biasa lewat BLT (Mietzner 2009). Dengan fenomena ini, tugas terberat Anas adalah menjaga agar balon tak kempes, syukur-syukur makin menggelembung.

Menariknya, pemilih yang gampang bergeser ini ditengarai menentukan arah kemenangan pemilu dalam tiga pemilu terakhir. Berturut-turut, swing voters memenangkan PDIP dengan 33, 73% di pemilu 1999, Golkar dengan 21,6 % di pemilu 2004 dan PD dengan 20, 83% di pemilu 2009. Kunci memenangkan pemilu 2014 terletak pada kemampuan menarik simpati swing voters yang terbukti mampu memenangkan tiga partai yang berbeda sama sekali ideologi dan basis pendukung dalam tiga pemilu demokratis.  Masalahnya, tidak ada yang tahu siapa dan apa saja keinginan 20 – 30 juta pemilih ini.

Selain swing voters, pemilu Indonesia juga dihadapkan kepada fenomena ticket-splitting atau split-ticket voting yaitu kondisi yang terjadi di Amerika dimana pemilih memilih kandidat dari partai yang berbeda untuk jabatan politik yang berbeda. Misalnya memilih kandidat dari Partai Republik untuk jabatan Presiden dan memilih kandidat dari partai Demokrat untuk jabatan Gubernur. Artinya terdapat kecenderungan besar bahwa pemilih memberikan dukungan yang berbeda untuk tingkatan jabatan politik yang berbeda, baik di eksekutif maupun legislatif. Di Indonesia yang memiliki tingkatan-tingkatan pemilu yang jauh lebih kompleks, ticket-splitting lebih mudah terjadi. Pada pemilu 2009 misalnya, di Aceh pemilih sadar betul untuk memilih Partai Aceh di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi, dan menyalurkan dukungan untuk PD di tingkat Nasional.

Pendeknya, perolehan signifikan PD diuntungkan yang didapatkan dari swing voters dan ticket-splitting. Satu-satunya cara untuk mempertahankan dukungan PD adalah dengan menjaga citra seperti yang sukses dilakukan dalam pemilu 2009. Tetapi nampaknya hal ini jauh lebih sulit dilakukan karena beberapa pertimbangan dan cacat politik yang terus terjadi.

Continue reading “Anas, SBY dan 2014”

Demokrasi ‘Jupe’

Kedaulatan Rakyat – Analisis – 270410

Upaya artis Julia Perez (Jupe) dan Maria Eva dalam meraih jabatan politik lewat Pemilukada di Pacitan dan Sidoarjo memunculkan kecemasan publik. Ketakutan tidak hanya mencuat karena daerah dipimpin oleh figur yang mungkin kurang kompeten, tetapi juga keraguan atas kemampuan partai politik melakukan proses rekruitmen politik. Wajarkah kekhawatiran itu?

Tahun 2010 menandai lima tahun pemilihan kepala daerah langsung yang dilakukan sejak 2005. Apabila di tahun 2005 dilangsungkan 226 Pemilukada (11 provinsi, 179 kabupaten dan 36 kota), di tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 244 Pemilukada (7 provinsi, 202 kabupaten dan 35 kota). Dengan jumlah sebanyak ini, sebenarnya tidak perlu ada kekhawatiran terhadap naiknya artis dalam politik lokal karena beberapa alasan, yaitu:

Pertama, posisi politik tertinggi yang selama ini dapat digapai oleh seorang artis “hanyalah” posisi Wagub di Provinsi Jabar yang diraih Dede Yusuf. Posisi lainnya antara lain dipegang Dicky Chandra (Wabup Garut) dan Rano Karno (Wabup Tangerang). Dilihat dari posisinya sebagai wakil, yang bersangkutan tidak serta merta menentukan arah perubahan politik karena masih terdapat kepala daerah.

Fenomena Indonesia juga tidak terlalu menghawatirkan ketika disandingkan dengan pengalaman negara-negara lain. Filipina yang memilih Joseph Estrada menjadi Presiden (1998-2001) pada akhirnya harus mengaku salah. Estrada dijatuhkan oleh gerakan rakyat karena korupsi dan divonis penjara seumur hidup.

Bahkan di negara tempat literatur demokrasi dikembangkan seperti Amerika, tidak steril dari dorongan berkuasa bagi public figure. Arnold Schwarzenegger, artis yang memiliki otot seperti Gathotkaca menjadi Gubernur di California. Aktor Ronald Reagon, setelah menjadi Gubernur, menjadi Presiden ke 40 Amerika sampai dua periode.

Continue reading “Demokrasi ‘Jupe’”

Reformasi Korupsi

Nama Gayus Tambunan menampar wajah Kementrian Keuangan (Kemkeu) sebagai Kementrian yang pertama kali menerapkan reformasi birokrasi. Salah satu poin dari reformasi birokrasi adalah penambahan renumerasi yang berarti penambahan penghasilan resmi per bulan. Penambahan ini diiringi dengan peningkatan kinerja birokrat yang berujung pada peningkatan pelayanan masyarakat.

Selain itu, reformasi birokrasi juga dimaksudkan untuk menurunkan tingkat korupsi di Indonesia. Selain Polri sebagai institusi terkorup (Transparency International (TI) 2007) Kemkeu merupakan salah satu sarang para koruptor, terutama untuk penyuapan. Alasan bahwa korupsi di Kemkeu terjadi karena rendahnya gaji pegawai dapat ditepis dengan memberikan tambahan pengasilan yang signifikan. Untuk Gayus dengan golongan IIIA, gaji PNS nya sekitar 2,4 juta dengan renumerasi 8,2 juta. Ditambah beberapa sumber “halal” lainnya, dia menerima gaji bulanan sekitar 12 juta. Gaji PNS di Kemkeu kira-kira lima kali lipat PNS dari kementrian lainnya yang belum “mereformasi”, yang sangat layak untuk hidup.

Korupsi secara literatur didefinisikan sebagai selama ini didefinisikan sebagai ”the use of public office for private gain” (TI, Hart 2001, Sherlock 2002, Larmour 2007) atau penggunaan posisi publik untuk keuntungan pribadi. Definisi ini luas dan idealmenjerat koruptor dengan efektif. Sayangnya di Indonesia, hal ini direduksi dengan mamasukkan unsur merugikan keuangan atau perekonomian negara. Dengan reduksi ini, pelaku penyuapan lebih sulit dijerat di pengadilan apabila tidak merugikan keuangan dan perekonomian negara. Selain itu, pembuktian terbalik juga tidak berlaku. Aparat tidak bisa meminta Gayus Tambunan membuktikan rumah mewah di Gading Park View dan rekening 25 miliar  dari gaji 12 jutanya.

Selain itu, jangan lupa bahwa pelaku korupsi juga mereformasi diri. Sebagian besar perilaku korupsi yang berbentuk penyuapan semakin canggih dalam menyuap. Proses penyuapan berlangsung semakin rumit, dengan melibatkan banyak aktor dan semakin sulit terlancak. Seandainyapun korupsi itu terlacak, sudah ada sebarisan pengacara yang faham betul bagaimana menyiasati peraturan yang menghasilkan resiko hukuman yang minimal. Ditambah mafia kasus, semuanya semakin bisa diatur.

Continue reading “Reformasi Korupsi”

Tentang Nikah Siri

Isu berkaitan dengan urusan bawah perut tak pernah surut, begitu juga dengan upaya proses pidana bagi pelaku nikah siri. Polemik segera muncul, berkaitan dengan diabaikannya hak anak dan istri korban nikah siri, sampai perdebatan moral dan religius tentang menikah. Sebenarnya, layakkah negara mengatur urusan pribadi seperti menikah?

Salah satu fungsi dari negara adalah mengatur seluruh kehidupan warga negara mulai sejak lahir sampai meninggal. Ketika lahir, anak harus dibuatkan akte kelahiran. Setelah ajal menjemput, ahli waris harus meminta surat kematian. Didalamnya termasuk urusan menikah.

Hanya saja, derajat pengaturan pemerintah untuk mengatur pernikahan sangat bervariasi sesuai dengan ideologi yang dianut sebuah negara. Di negara-negara liberal seperti Australia, apabila seseorang telah tinggal bersama (sejenis atau berlainan jenis) selama setahun atau lebih dan keduanya sepakat untuk saling mendaftarkan “pasangannya” dalam sistem administrasi negara, keduanya menerima hak dan kewajiban seperti pasangan yang menikah resmi, seperti pembagian gono-gini, pendapatan, pajak dls. Negara-negara liberal, lebih berfokus kepada dampak dari sebuah hubungan, daripada hubungan itu sendiri. Akibatnya, tidak ada perbedaan signifikan apakah yang bersangkutan tersebut menikah, kumpul kebo, berzina dan (mungkin) nikah siri. Selama masing-masing pihak tidak ada yang merasa terampas haknya, negara tidak memiliki peluang untuk masuk dalam urusan pribadi.

Hal ini sesuai dengan prinsip dasar dimana hukum dan peraturan lebih menakutkan daripada moral dan dogma seperti agama dan pranata masyarakat. Dengan tingkat religiusitas yang rendah, yang dapat dilihat dari sepinya tempat ibadah, alasan seseorang melakukan perbuatan baik dan buruk bukanlah harapan untuk mendapatkan pahala dan ancaman mendapatkan dosa. Alasannya lebih kepada kepedulian dan ketakutan mendapatkan sanksi hukum.

Continue reading “Tentang Nikah Siri”

Kerbau Pak Presiden

Kedaulatan Rakyat-Analisis- 080210

Seandainya pak Presiden tidak curhat ke mana-mana, sebenarnya isu-sua dalam demo 28 Januari memperingati 100 hari pemerintahan SBY-Boediono akan berakhir. Justru karena curhat itulah, isu-isu yang disampaikan demonstran terus terpelihara media. Presiden seringkali melakukan blunder politik yang tidak menguntungkan dirinya dan pemerintahannya.

Dalam sistem presidensial murni yang dianut Indonesia, Presiden memegang peran paling signifikan dalam pemerintahan. Artinya, Presiden menjadi nahkoda terhadap ke mana bangsa akan diarahkan. Walaupun dalam melakukan kerjanya, Presiden mendapatkan oversight dari lembaga-lembaga negara yang lain, dirinya tetap bertanggungjawab terhadap kesuksesan dan kegagalan pemerintahan.

Hanya saja, lebih sering terjadi, pembantu-pembantu presiden menjadi bumper terhadap buruknya kinerja pemerintahan. Hal ini seringkali membuat dinamika pemerintahan berlarut-larut. Sebuah pertanyaan sederhana, mengapa Pansus Century tidak menghadirkan Presiden yang menjadi penentu seluruh kebijakan ekonomi? Bukankah ketika Presiden datang, semuanya lebih jelas terlihat dan lebih cepat selesai? Di lain pihak, menyangkut kebijakan populis, Presiden sendiri yang maju ke depan. Contohnya sederhana, ketika BBM naik, pembantu Presiden yang mengumumkan, ketika BBM turun, Presiden dengan wajah berbinar sendiri yang mengumumkannya.

Demonstrasi 100 hari SBY-Boediono, terlepas dari sebagian yang dibayar oleh musuh politik SBY, mengarah langsung ke jantung pemerintahan. Target demonstrasi yang dibidik jelas, SBY-Boediono dianggap kurang berhasil dalam 100 hari pertama. Demonstran seolah ingin menunjukkan bagaimana sistem presidensial dijalankan. Untuk itulah, dibawa seekor kerbau yang ditulis SiBuYa. Apakah itu melanggar norma-norma ketimuran? Continue reading “Kerbau Pak Presiden”

Penjara Swasta

Kedaulatan Rakyat, Analisis, 250110

Penjara mewah Ayin, Aling dan Darmawati Dareho di Rutan Pondok Bambu membuat banyak orang tersentak. Ternyata busuknya sistem hukum di negeri ini tidak hanya pada proses menentukan seseorang dihukum di tingkatan pengadilan, tapi juga bagaimana seseorang akhirnya dihukum. Kira-kira, apa penyebab maraknya jual beli sel penjara?

Harus diakui bahwa daya tampung penjara yang ada saat ini sangat jauh dari layak. Karena itulah saya lebih senang menyebutnya sebagai penjara, bukan Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan. Penghuni penjara sulit menjadi lebih bermasyarakat ketika dijejal-jejalkan di sel. Kata rumah juga tidak tepat, karena penjara bukan tempat untuk narapidana untuk selalu kembali, sebagaimana kita selalu merindukan untuk kembali pulang ke rumah. Kata Rumah hanya cocok untuk Ayin yang menyediakan permainan mandi bola bagi anak adopsinya.

Data resmi menunjukkan, setidaknya terdapat 35% kelebihan daya tampung penjara, terparah di Jakarta dan Sumatera Utara. Bahkan ada penjara yang dihuni delapan kali jumlah kapasitas maksimalnya. Pertanyaannya, apakah semakin banyak orang jahat di Indonesia? Bisa jadi jawabannya tidak. Pemerintah tidak mampu menambah jumlah penjara seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Padahal, jumlah penghuni penjara bertambah mengikuti penduduk yang beranak pinak.

Karena daya tampungnya yang terbatas, sel penjara menjadi barang langka (scare resource) dan menjadi komoditas yang menarik untuk ditransaksikan. Sejak jaman purba, ekonomi berkutat dengan distribusi barang langka tersebut. Semakin sedikit sumber daya (sel) dan semakin banyak orang butuh, semakin tinggi harganya. Teori dasar (persediaan dan permintaan) Demand and Supply berlangsung. Tidak mengherankan, harga sel ‘layak’ di penjara bisa ratusan juta. Jika tidak mampu, tentu ada paket hematnya, berdesakan dengan napi lain, termasuk bromocorah kelas kakap yang untuk kentut pun harus antri.

Dalam managemen sektor publik, telah terdapat inovasi-inovasi untuk memberikan kesempatan kepada pihak non-pemerintah ‘membantu’ terselenggaranya pelayanan publik yang lebih baik. Hal ini dikenal sebagai konsep privatisasi. Artinya, pelayanan publik bukan monopoli pemerintah untuk mengatur, menyiapkan, mengelola dan mengevaluasi. Pemerintah seringkali hanya bertugas untuk mengatur dengan membuat regulasi, selebihnya, distransferlah beberapa urusan tersebut ke pihak swasta untuk dikelola.

Pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan telah sejak dulu melibatkan pihak ketiga untuk mengelolanya. Dalam banyak hal, sektor swasta banyak yang lebih kompetitif dan efisien dibandingkan dengan pemerintah. Bisakah penjara diswastakan? Continue reading “Penjara Swasta”

Menyerang SBY

Kedaulatan Rakyat-Analisis-120110

Jika diperhatikan dengan seksama, dalam bulan-bulan belakangan ini, muncul serangan-serangan telak yang ditujukan kepada Presiden SBY. Ibarat serial silat SH Mintardja, penyerang mengeluarkan jurus-jurus dalam serangan sporadis. SBY pun dipaksa berkelit dengan jurus jitu lainnya, dibantu seluruh pendukung padepokan. Perang jurus ini tak akan berhenti  sebelum sang pendekar yang sedang memimpin dunia persilatan jatuh.

Serangan lebih gencar dilakukan terutama setelah SBY terpilih sebagai Presiden untuk yang kedua kalinya. Serangan pertama diungkapkan presiden sendiri dengan menunjukkan foto dirinya yang menjadi sasaran tembak kelompok teroris radikal Islam pada pertengahan Juli. Sampai sekarang, publik masih bertanya-tanya tentang motif dan strategic issues yang menjadi latar belakangnya. Semuanya tetap menjadi rahasia Densus 88.

Serangan berikutnya lebih mengarah kepada upaya untuk menyerang SBY secara non-fisik, yang jika berhasil, dampaknya sangat destruktif untuk struktur politik yang ada. Sasarannya adalah kepribadian dan karakter SBY baik sebagai pribadi maupun dalam bentuk kebijakan-kebijakannya. Tujuannya jelas, menciptakan distrust di lingkungan dalam SBY dan juga masyarakat terhadap pemerintahan.

Menariknya, serangan yang diarahkan kepada SBY ini tidak ditunjukkan dalam bentuk vulgar dan langsung, tetapi bermain cantik dengan menggoyang orang-orang dekat Presiden. Jika pilar-pilarnya telah rapuh, bangunan akan mudah runtuh. Mari kita urai serangan ini lebih mendalam.

Pada saat puncak konflik KPK-Polri, SBY diuji untuk mampu bertindak cepat dan gesit mengatasi isu ini. Serangan muncul dengan membangun citra SBY yang dianggap lamban dalam bersikap ditengah dukungan Chandra-Bibit berlangsung 24 jam lewat facebook. SBY jitu dalam mengelak serangan mematikan ini dengan membentuk Tim Delapan. Walaupun namanya sempat dicatut dalam rekaman Anggodo, secara umum publik puas atas respon SBY terhadap isu ini.

Serangan ketiga ditujukan khusus untuk dua figur penopang pemerintahan SBY, Boediono dan Sri Mulyani lewat kasus Century. Gabungan dua cendikiawan ekonomi dari dua universitas terbaik di Indonesia, UGM dan UI, menjadi back up penting Menko Ekuin Hatta Rajasa. Cara termudah menghancurkan pemerintahan SBY adalah menjatuhkan dua pilar kebijakan ekonominya. Dengan kondisi ekonomi terpuruk, presiden sangat mudah jatuh. Pengalaman 1998 jelas menunjukkan hal itu. Continue reading “Menyerang SBY”

Ketika Sakit

Ketika sakit, banyak nikmat yang dicabut Allah dari kemewahan yang selama ini kita nikmati. Dalam dua minggu sejak pulang dari Australia, saya didera dua kesakitan, diare dan terkilir di pinggang.

Sakit pertama sebenarnya sudah seharusnya diantisipasi. Sebabnya gampang, perut tidak lagi bertoleransi dengan bakteri Indonesia yang terkenal piawai memainkan enzim-enzim di usus besar. Bakteri yang sangat nyaman bermukim di makanan jalanan, sampai yang terbang terbawa debu dan mendarat di mangkuk yang masih tersisa soto dari pelanggan sebelumnya. Tetapi penyebab paling masuk akal adalah tidak ada atau setidaknya minimnya antibody. Pasukan bertahan terlalu dimanjakan iklim, suhu dan kebersihan Canberra yang nyaris tanpa debu. Saking bersihnya, si Carol, tidak dicuci setahunpun tak kelihatan kotor amat.

Sebagai ganjarannya, dua hari saya terbaring di Jogja International Hospital, rumah sakit paling dekat dengan rumah mas Danang dan Mas Ando yang seharusnya menjadi tempat bermalam. Saya terpaksa mengganggu mas Danang yang sedang bertelponan mesra J, karena badan sudah lemas, mulut sudah kering dan dizzy . Dalam kamar yang seharusnya diisi enam orang, saya satu-satunya penghuni. Mungkin karena kasus Omni, rumah sakit yang pelayanannya tidak mengecewakan ini ikut-ikutan sepi, karena memakai nama international. Sayangnya, pelayanan itu harus ditebus dengan bayaran seharga TV 29”. Alhamdulillah, sejak keluar rumah sakit jam 12 noon, saya sudah di Sumedang keesokan harinya. Continue reading “Ketika Sakit”

Politik Jawa SBY

Kedaulatan Rakyat-Analisis- 13 Desember 2009

Salah satu kesalahan besar dalam menganalisa langkah kepemimpinan SBY adalah ketika melihatnya dalam kerangka teori demokrasi liberal gaya barat. Padahal, sebagai orang Jawa, SBY lebih memperhatikan dan menggunakan tuntunan politik Jawa dalam pengambilan keputusan.

Artikel lama yang tetap relevan yang ditulis oleh Ben Anderson (1972), The Idea of Power in Javanese Culture secara gamblang mengidentifikasi konsep kekuasaan barat dan Jawa. Menurut Ben, konsep kekuasaan Jawa tidak hanya berbeda, tetapi pada banyak yang bersebarangan dengan model kekuasaan di barat yang menjadi dasar pengembangan ilmu politik. Orang Jawa percaya bahwa kekuasaan itu bersifat konkrit, homogen, berada pada jumlah yang sama di bumi dan tidak perlu dipertanyakan legitimasinya.

Orang Jawa percaya pada wahyu kekuasaan yang bisa berpindah dari satu orang ke yang lainnya dalam wujud yang konkrit. Pertanda bergulirnya kekuasaan bisa bermacam-macam, misalnya dari sinar yang memancar dari rahim Ken Dedes yang dipercaya akan melahirkan raja-raja Jawa. Air kelapa yang diminum Ki Ageng Pemanahan sampai kekuasaan yang mewujud pada keris Djoko Piturun di Kraton Yogyakarta saat penyerahan kekuasaan dari HB VIII ke HB IX. Selain itu, bentuk lainnya seperti sinar di angkasa sering dianggap penting dalam upaya perebutan kekuasaan di tingkat lokal.

Hal ini berkebalikan dengan paham kekuasaan barat yang menganggap kekuasaan adalah hasil kontestasi politik. Kekuasaan boleh dimiliki siapa saja asalkan lolos dalam segenap seleksi menuju kekuasaan, bukan pada wujud yang “nitis” dan tergaris dalam diri seseorang. Tak perlu memiliki keris untuk menggapai posisi politik penting.

Continue reading “Politik Jawa SBY”

Jual Mobil Lewat Internet

Salah satu ritual yang dilakukan mahasiswa yang telah selesai studinya adalah menjual beberapa barang yang dianggap berharga. Salah satunya adalah mobil istri saya. Sebenarnya selain mobil, masih ada kulkas, TV, DVD player, furnitures, microwave dll yang sebenarnya masih layak dijual yang totalnya bisa $AU 500. Tapi saya dan istri sepakat untuk menghibahkan itu semua, selain tak punya kapasitas untuk tawar menawar, yang beresiko merusak relasi, toh semua barang itu didapat dari jatah beasiswa.

IMG_3175editSelain, karena mobil dibeli tidak dari uang beasiswa alias dari utangan, harganya juga relatif masih bagus. Minggu lalu saya menjual Mobil istri Toyota Camry CSX tahun 1999. Saya mengiklankan di allclassified.com.au dengan biaya $AU 15 per foto dan di   billboard.anu.edu, dua situs andalan mahasiswa untuk mendapatkan barang bekas bermutu.

Menariknya, baru beberapa jam setelah diupload langsung dapat email yang isinya seperti berikut.

Hi,
I will like to know if the Ad is still available for sale and i will
offer you $6,300.00 hope to read from you soon.

Email ini aneh dan saya sudah tahu ini penipu. Lha wong ditawarinnya $6,200 kok ditawar $6,300. Tapi saya ingin meneruskannya, mumpung banyak waktu luang sebelum pulang. Lha setelah saya jawab, orang yang mengaku sebagai Brelia Moore ini membalas lagi.

Hi,thanks for mailing back,i want you to send me the recent photos,
i am happy to read from you and i want you to know that am buying this
for Dad…I would have prefer to come and inspect the car
and pay you in cash but i cant due to the nature of my work,I’m an
oceanist,i am at sea right now, and I am glad you accepted my offer.I
can only pay through paypal at the moment as i do not have access to
my bank account online,but i have it attached to my paypal account,
and this is why i insisted on using paypal to pay,all i will need is
your paypal email address to make the payment,and if  you do not have
a paypal account yet,its pretty easy to set one up at www.paypal.com,i
will be expecting your email.I have a pick up agent that will come for
the pick up after payment has been sorted.
Email me here.
Brelia.

Sekedar tahu saja, dalam sehari ada tiga orang yang semuanya  mengaku Oceanist dan ingin membeli tanpa menawar.  Dua email yang lain, karena pasti menipu, saya balas dengan agak keras dan lucu seperti berikut.

I dont care if you are an Oceanist or a Prime Minister, send your money to my ID at Paypal and I also don’t care if the Prime Minister Himself pick up the car after you pay it.

Tapi satu saya sisakan untuk mengetahui langkah sang penipu lebih lanjut. Setelah saya berikan account paypal, dia membalas lagi. Continue reading “Jual Mobil Lewat Internet”

Politik Dana Pencari Suaka

Kedaulatan Rakyat, Analisis, 18 November 2009

Oceanic_Viking _off_IndonesiaSelama dua tahun tinggal di Canberra, ibukota Australia, tidak pernah kata “Indonesia” menghiasi berita nasional Australia sebegitu intensif selama sebulan terakhir, kecuali berkaitan dengan isu imigran gelap.

Imigran pencari suaka (asylum seekers) deras mengalir ke Australia sejak pemerintahan Kevin Rudd mulai bekerja di akhir 2007. Dibandingkan dengan pendahulunya John Howard, Kevin Rudd menerapkan soft policy (yang lebih memudahkan) bagi imigran untuk menjadi warga negara. Pencari suaka dari negara-negara konflik seperti Afganistan, Pakistan, Iraq dan Sri Lanka menjadikan Australia negara tujuan karena dianggap “paling murah” secara finansial dibandingkan dengan kawasan Eropa, Amerika atau Kanada.

Indonesia turut terseret dalam pusaran isu ini karena posisi geografisnya yang menjadi “jalur” para imigran tersebut. Umumnya, para imigran membayar calo penyelundup manusia melalui jalan darat dan udara sampai ke Malaysia. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan laut dengan kapal seadanya menuju Christmas Island di ujung barat laut Australia untuk diproses lebih lanjut menjadi Permanent Resident (penduduk tetap) di mainland. Beberapa imigran lain yang putus asa, kekurangan uang dan tak kenal calo, menjelajahi Samudra Hindia, plus segala resikonya.

duajiSaat ini, tak sedikit WNI yang dihukum lebih dari lima tahun karena tergiur uang imigran yang jumlahnya mencapai 100 juta/orang. Beberapa menggunakan cara-cara yang sangat brutal. Setelah tertangkap patrol AL Australia dengan tujuan ke mainland April lalu, kapal pengangkut diledakkan yang akhirnya “memaksa” korban ledakan ditempatkan di mainland. Cara putus asa ini memudahkan proses imigrasi selanjutnya karena yang bersangkutan telah sampai di mainland.

Continue reading “Politik Dana Pencari Suaka”

FISIPOL bukan FISIP

Mungkin sudah ribuan kali saya menemukan kesalahan yang dilakukan media.  Bahkan harian sekaliber KOMPAS  (221009) pun salah menuliskan riwayat hidup Muhaimin dan Andi Mallarangeng yang ditulis berasal dari  FISIP UGM. Kesalahannya sebenarnya sederhana, tetapi sungguh fatal, paling tidak untuk saya yang berada di dalamnya. Kesalahannya terletak pada penulisan FISIP instead of Fisipol UGM !!!

Fisipol UGM yang berdiri sejak 1955 merupakan kepandekan  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Hal ini berbeda dengan FISIP yang menjadi trade mark universitas lain. Mengapa FISIPOL, bukankah tidak efisien, mendingan FISIP, ngirit dua huruf.

Begini ceritanya…

Di FISIPOL UGM terdapat enam Jurusan, Jurusan Managemen dan Kebijakan Publik (dulu Ilmu Administrasi Negara), Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Jurusan Ilmu Komunikasi, Jurusan Politik dan Pemerintahan (dulu jurusan Ilmu Pemerintahan dan dulu sekali Jurusan Ilmu Usaha Negara), Jurusan Sosiologi dan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dulu Sosiatri). Nah dari enam Jurusan tersebut, empat  memiliki gelar kelulusan S.IP (Sarjana Ilmu Politik) dan dua memiliki gelar kelulusan S.Sos (Sarjana Sosial). Artinya wajar jika POLitiknya lebih ditekankan daripada Sosialnya. Mengingat kalau keduanya dipanjangkan terkesan wagu, misalnya menjadi FISOIPOL. Gak pantas sama sekali.

Selain itu, kata FISIP terkesan berupa singkatan yang belum selesai. Berbeda dengan FISIPOL, sepertinya mantep dan POL, dan tuntas sampai ujung.  Kalau gak percaya coba anda ucapkan. Suku kata POL ini penting karena membuat hati jadi lega. Ibaratnya, kalau FISIPOL ini tuntas sampai puncak, sedangkan FISIP baru pemanasan doang hehehe… hush!!!

Ketika singkatannya sedikit dipanjangkan, walaupun kurang nyaman, menjadi Fakultas Isipol, sejajar dengan Fakultas Teknik, Fakultas Filsafat dan Fakultas Kedokteran, tetap lebih indah dibanding Fakultas ISIP UGM. Apa boleh buat, nama fakultas kami memang  panjang dari 18 fakultas yang ada di UGM, hanya kalah panjang dari MIPA. Sekalipun nama Fakultas lain dipanjangkan (FK UGM menjadi Fakultas Kedokteran UGM), nama FISIPOL tetap saja disingkat menjadi Fakultas Isipol. Disingkat pun tetap lebih panjang dari nama Fakultas Hukum.

Tapi lebih penting daripada itu sebenarnya adalah karena memang itu namanya. Sejak dulu namanya adalah Fisipol UGM, jadi mengurangi dua huruf berarti mengganti nama. Coba kalau sampeyan namanya GUNAWAN saya kurangi dua nama menjadi GUNAW gimana, apa sampeyan rela? Belum lagi kolega saya yang namanya NOVA, cuba saya kurangi dua menjadi NO, kan bisa repot dia ketika ada orang tanya “what is your name?” trus dijawab “NO.” Kan dikira nggak mau temenan. Lebih sengsara jika namanya Anjar, coba dibuang dua huruf menjadi Anj , repot lah, dikira misuh.

Jadi sekali lagi nama fakultas saya Fisipol UGM, jangan dikurangi, jangan ditambah-tambah.

Seandainya Mendagri (benar) dari Sipil

Jawapos 21 Okober 2009

SEANDAINYA Gamawan Fauzi benar-benar menjadi menteri dalam negeri untuk periode 2009-2014, hal ini merupakan terobosan besar. Tidak hanya dalam dinamika politik Indonesia, tetapi juga manajemen pelayanan publik. Apa saja yang dapat dibaca dari pencalonan itu?

Kedudukan Mendagri sangat strategis karena akan menjadi atasan langsung 33 gubernur, 398 bupati, dan 93 wali kota di seluruh Indonesia. Implementasi otonomi daerah bergantung, salah satunya, kepada kepiawaian Mendagri. Manajemen pemerintahan daerah di tingkat nasional dirumuskan dan dijabarkan oleh Depdagri. Di tingkat lokal, operasionalnya dilakukan oleh kepala daerah.

Walaupun telah bertransisi menuju demokrasi, reformasi sistem birokrasi pemerintahan pada level eksekutif belum mampu mengikuti cepatnya perubahan yang terjadi pada tataran legislatif. Sistem birokrasi pemerintahan masih menganut pola birokrasi kuno model Weberian yang membayangkan birokrasi sebagai satu-satunya aktor dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sebaliknya, pada tingkat partai, pemilu, dan parlemen, dinamika yang terjadi sangat cepat. Tampilnya tiga partai politik sebagai pemenang dalam tiga pemilu adalah buktinya. Tanpa perubahan yang nyata dalam sistem pemerintahan daerah, agenda reformasi akan pincang dan tersendat-sendat.

Dalam kasus Mendagri baru, dua terobosan penting kabinet SBY jilid II adalah dominasi sipil atas militer di pemerintahan dan cara pandang efektivitas pemerintahan yang meninggalkan cara pandang NKRI.

Continue reading “Seandainya Mendagri (benar) dari Sipil”

Demokrasi Tanpa Pilgub

Kedaulatan Rakyat, 11 Oktober 2009

Seolah isu lain dalam RUUK tidak penting, segenap energi, baik pengambil kebijakan di tingkat pusat maupun warga Yogyakarta tersedot untuk isu tunggal, akankah Gubernur DIY dipilih langsung? Jika ditetapkan pemerintah pusat, akankah hal ini berlawanan dengan semangat demokrasi?

Sebelum mengambil kesimpulan bahwa penetapan bukanlah langkah yang demokratis, perlu kiranya dipertimbangkan tentang perkembangan kajian demokrasi di dunia. Dua catatan kecil tentang kajian demokrasi sebagai berikut:

Pertama, kajian  demokrasi biasanya mengambil negara sebagai unit analisis dan tidak untuk unit yang lebih kecil dari negara. Sangat jarang bagian dari negara semisal provinsi, negara bagian atau tingkat yang lebih kecil dari itu menjadi fokus kajian. Hal ini mudah dimengerti karena dalam tataran international, negaralah yang diakui. Selain itu aturan hukum mengikat yang membentuk sebuah sistem (moneter, ekonomi, politik) hanya dapat ditemukan pada level negara.

Kedua, demokrasi yang memberikan hak sama kepada setiap orang dewasa bukanlah hal yang telah berlangsung lama. Sebelumnya, hak untuk memilih yang menjadi jantung demokrasi dilakukan secara sedikit demi sedikit. Mula-mula hanya laki-laki dari golongan elit yang berhak untuk memilih seperti jaman Yunani yang bertahan ribuan tahun. Di Perancis, hak untuk memilih bagi seluruh laki-laki baru muncul tahun 1914 dan di Inggris tahun 1918. Pada tahun 1920-an perempuan juga menuntut untuk diberi hak memilih yang dikenal dengan women suffrage di Eropa. Perancis memberi hak wanita untuk memilih tahun 1944 dan Kuwait tahun 2005, Arab Saudi belum memberikan hak memilih bagi perempuan. Continue reading “Demokrasi Tanpa Pilgub”